Selasa, 04 Maret 2008

Merindukan Ka'bah...


Sebelum berangkat haji/umrah, kita harus 'menggugurkan' dulu niat, perangkat, dan perilaku kita. Sudah benarkah niat kita? Halalkah uang yang kita gunakan untuk membiayai keberangkatan kita? Jiwa mana yang kita bawa? Jiwa yang hendak bertekuk lutut dan mengakui kehinaan di hadapanNya, ataukah jiwa yang hendak 'memperalat' Allah demi status baru sebagai manusia yang gila hormat dan sanjungan? Ataukah sekedar memperpanjang gelar yang kita sandang...?
Selami jiwa kita dan bunuhlah tikus-tikus busuk yang ada di dalamnya. Dan, selami pula hakikat haji/umrah untuk kemudian kita biarkan keagunganNya bersemayam dalam jiwa kita, dan memancar jauh ke dalam relung kehidupan sebagaimana dulu Ibrahim as.
Jadi, haji/umrah bukanlah sekedar profesi lahiriah formal belaka, melainkan sebuah momen revolusi lahir dan batin untuk mencapai kesejatian diri sebagai manusia. Artinya apa? orang yang sudah berhaji/berumrah haruslah menjadi menusia yang 'tampil beda' (lebih lurus hidupnya) dibandingkan sebelumnya. Dan ini adalah kemestian. Kalau tidak, sesungguhnya kita hanyalah wisatawan yang berlibur ke tanah suci, tidak lebih!

Tidak ada komentar: